Tips Ikutan Buku Anthologi



Buku Antologi adalah karya bersama. Tema atau Ide cerita biasanya sudah disepakati sejak awal. Banyak tawaran untuk membuat buka antologi baik lewat komunitas, organisasi atau pribadi seseorang yg mengajak rekan nya untuk menulis bareng. Buku Antologi itu sangat bagus untuk memperkaya CV, U
untuk seseorang seperti aku yg punya cita cita ingin menjadi seorang narasumber berbayar dari sponsor, bukan hanya sekedar 3M (Makasih Makasih Makasih ) atau transferan pulsa pengganti kuota.
Ketika aku menang lomba menulis di Hari Guru IGI,  yang menghasilkan buku Kumpulan cerita Hikmah di Balik Pandemi, sebuah perusahaan farmasi menggunakan jasaku untuk menjadi narasumber yang  Bayarannya tentu bukan 3M loh, karena sebagai orang byang dibayar atau istilah kerennya professional aku harus menyewa jasa ZOOM berbayar, Bayangkan kalau tiba tiba narasumber nya harus terpental karena signal.

Kembali ke buku antologi, saat itu teman medsodku
menghubungiku dan berbicara atas nama perusahannya setelah melihat share aku di medsos tentang buku antologi Hikmah di Balik Pandemi dan sertifikat 32 JP,  Teman ku tidak mengerti arti JP, Dia hanya menemukan nama ku tertera di sertifikat tsb. 
Buku antologi nya pun tidak ada dominan nama penulis tertentu atau yg biasa menjadi kurator atau pengumpul naskah. Di buku yg aku share tertulis karya 200 Guru Hebat Nusantara dan logo IGI sebagai penyelenggara. Bayangkan kalau di depan tertulis nama kurator yg dominan, pasti capek capek kita yang share bisa jadi si Kurator yg dicari. Untuk itu ada tips dari ku Madame Heddy untuk yang ingin membuat buku Antologi, semoga bermanfaat dan dapat menjadi masukan 
1. Biaya pembuatan buku Antologi biasa sekitaran Rp 100 sd 200 rb untuk 1 sd 3 buku 
Ini sebenarnya adalah harga yang wajar, karena si kurator kan perlu ada dana wara wiri dan Editor. Hanya perlu ditanyakan apakah  buku yang kita dapat adalah semua tentang Antologi yg ada karya kita atau satu buku kita dan satu buku kurator yang tentunya bukan target utama. Buat orang seperti aku yang nggak merasa  hoki di jual buku, buat aku biasanya mempunyai dua sample buku dari setiap buku yang ada karyaku juga sudah cukup, satu untuk koleksi di perpustakaan pribadi dan satunya dibawa ketika harus jd narasumber. Dan kalau ada yg ingin membaca, aku akan bagikan kartu nama yang ada link blogku dan kelak aku bercita cita ingin semua karyaku aku jadikan EBook. Jebakan badman adalah setelah dibayarkan, peserta antologi mendapat satu buku yg ada karya kita dan satunya buku karya kurator yg belum tentu kita suka dalam arti kata kita harus membeli buku yang belum tentu kita suka.

2. Tanyakan Design Covernya. ini penting, sebab aku pernah terkaget ketika buku jadi cover ditulis nama kurator dengan font besar dan nama peseta dimasukan ke teman teman. Misal 
Madame Heddy , dengan font besar bersama 
( A, B, C ...) dengan font kecil. Ini nggak adil secara kita bisa dianggap mendompleng nama si Kurator 
Kalau di share juga, yang akan dapat nama ya si Kurator. Lain kalau kita dapat keuntungan lebih, tidak patungan dan malah dapat tanda terimakasih. Atau sang kurator seorang berkelas yang sudah punya nama besar.

3. Kalau bisa ikutlah yang dari komunitas seperti Media Guru Indonesia atau IGI dan PGRI, karena biasanya tidak ada patungan, paling kita hanya membeli buku nya jika kita mau. Selain itu komunitas atau organisasi besar biasanya beranggota kan banyak orang, sehingga bisa sebagai media IKLAN untuk mempopulerkan nama kita sebagai penulis . 
Tapi yah sekali lagi ini hanya saran dari Madame Heddy, seorang biasa yg bercita cita jadi luar biasa dari banyak menulis. Semoga suatu saat bisa terlaksan cita cita diusia senjaku ini ( 52 tahun) Semoga Allah SWT menjabah doaku di bulan Ramadhan ini, Aamiin

Ramadhan 1442 H
Mai 2021
Madame Heddy





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

I Swear, I Want To Be A Teacher

Sahabat Virtualku, Chrisma Juita Nainggolan

Tiada Kata Terlambat Motivasi Dari Abang Rektor ku